Dalam kepercayaan Islam, konsep juru selamat memiliki interpretasi yang berbeda jika dibandingkan dengan agama-agama Abrahamik lainnya. Islam tidak mengenal konsep penyelamatan melalui perantaraan seorang Mesias dalam bentuk yang sama seperti dalam Kekristenan. Namun, Nabi Isa AS (Yesus Kristus dalam agama Kristen) diakui dalam Islam dengan peran serta penjelasan yang unik, terutama yang berkaitan dengan esensi keselamatan umat manusia.
Nabi Isa dalam Al-Quran
Nabi Isa AS disebutkan dalam Al-Quran sebagai salah satu nabi utama yang diutus oleh Allah kepada Bani Israel. Dalam Al-Quran, Isa AS tidak dianggap sebagai "juru selamat" dalam arti teologis seperti dalam Kekristenan yang memandangnya sebagai Sang Mesias yang menyelamatkan umat manusia dari dosa. Sebaliknya, Nabi Isa dianggap sebagai utusan Allah yang membawa ajaran dan mukjizat untuk membimbing umat manusia kembali ke jalan yang benar.
Salah satu ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Isa AS adalah:
"Dan (ingatlah), ketika Isa, putra Maryam, berkata: 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah rasul Allah kepadamu, membenarkan Kitab (Taurat) yang sebelumku dan memberi kabar gembira dengan datangnya seorang Rasul yang akan datang sesudahku, namanya Ahmad (Muhammad).' Namun ketika dia (Muhammad) datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang nyata.'" (Surah As-Saff, 61:6)
Dalam ayat ini, Nabi Isa tidak hanya mengkonfirmasi ajaran yang telah datang sebelumnya melalui Taurat tetapi juga mengumumkan kedatangan Nabi Muhammad SAW, yang dalam Islam dianggap sebagai rasul terakhir dan penutup para nabi.
Pengakuan Nabi Isa dalam Al-Quran
Al-Quran memberikan tempat yang signifikan untuk Nabi Isa. Dia diakui sebagai nabi yang diberi banyak mukjizat, termasuk menghidupkan orang mati dan menyembuhkan penyakit dengan izin Allah. Namun, sangat penting untuk dipahami bahwa dalam Islam, semua mukjizat yang dilakukan oleh Nabi Isa adalah atas kehendak dan izin Allah, bukan karena kekuatan inheren atau ilahi yang dimiliki oleh Isa AS sendiri.
"Sesungguhnya contoh (kejadian) Isa di sisi Allah adalah seperti (kejadian) Adam; Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berfirman kepadanya: 'Jadilah!' Maka jadilah dia." (Surah Ali 'Imran, 3:59)
Ayat ini menegaskan bahwa penciptaan Isa AS mirip dengan penciptaan Adam AS, tanpa ayah atau ibu, sebagai tanda kuasa Allah dan bukan indikasi ketuhanan Isa AS.
Isa dan Islam dalam Konsep Keselamatan
Dalam Islam, keselamatan dicapai melalui kepatuhan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah, yang dikenal dengan istilah "Islam." Nabi Isa, seperti nabi-nabi lain dalam Islam, mengajarkan pentingnya tunduk kepada Allah dan mengikuti ajaran-Nya untuk mencapai keselamatan. Dalam konteks ini, Isa AS adalah seorang pembawa pesan yang membantu mengarahkan umat manusia kembali ke jalan Allah, tetapi bukan sebagai penyelamat yang menyelamatkan manusia dari dosa melalui pengorbanannya sendiri.
Pengakuan akan keesaan Allah dan pengikut setia ajaran yang dibawa oleh para nabi, termasuk Nabi Isa AS, adalah kunci untuk keselamatan dalam Islam. Sehingga, dalam Islam, setiap individu bertanggung jawab atas keselamatannya sendiri melalui iman dan perbuatan baiknya.
Dalam rangkuman, Nabi Isa AS dilihat sebagai salah satu nabi penting dalam Islam yang ajarannya membimbing umat manusia untuk lebih dekat kepada Allah. Namun, dia tidak dianggap sebagai juru selamat dalam konteks menyelamatkan manusia dari dosa asal atau mengadakan pengorbanan pribadi untuk penebusan. Kedudukannya sebagai nabi dan rasul yang mengajarkan dan mengonfirmasi monoteisme yang ketat adalah sangat penting dan dihormati dalam tradisi Islam.
Pentingnya Ajaran Nabi Isa AS
Ajaran Nabi Isa AS dalam Al-Quran sangat menekankan pada pentingnya kepatuhan dan kepercayaan kepada Allah serta kehidupan yang dijalani dengan penuh kasih sayang dan integritas. Sebagai contoh, banyak ajaran Isa AS yang diabadikan dalam Al-Quran memperlihatkan nilai-nilai yang mendukung perdamaian dan pengampunan.
"Dan Dia akan mengajarkan kepadanya Kitab dan hikmah, Taurat dan Injil, dan (Dia juga) menjadi rasul kepada Bani Israel (dengan berkata): 'Sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan membawa tanda dari Tuhan kalian, bahwa aku menciptakan untuk kalian dari tanah seperti bentuk burung, kemudian aku meniupinya dan menjadi burung dengan izin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta dan orang yang berpenyakit sopak, dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah; dan aku memberitahukan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di rumah-rumah kalian. Sesungguhnya dalam hal ini, terdapat tanda (kebenaran kuasa Allah) bagi kalian jika kalian adalah orang-orang yang beriman.'" (Surah Ali 'Imran, 3:48-49)
Ini menggambarkan bagaimana Nabi Isa AS tidak hanya sebagai pembawa mukjizat tapi juga sebagai guru moral dan spiritual yang mengajak umatnya untuk mengikuti jalur kebenaran yang ditunjukkan oleh Allah.
Imam Mahdi dalam Hadits
Dalam Islam, konsep tentang seorang juru selamat juga melibatkan figur Imam Mahdi, yang diakui dalam ajaran Syiah dan Sunni, meskipun terdapat perbedaan signifikan dalam detail dan interpretasi antara kedua sekte tersebut. Imam Mahdi diharapkan tiba di akhir zaman untuk memulihkan keadilan dan kebenaran, memimpin umat manusia, dan mempersiapkan kedatangan kembali Nabi Isa AS.
Imam Mahdi tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Quran, namun banyak hadits yang menggambarkan kedatangannya sebagai salah satu tanda hari kiamat. Menurut tradisi Sunni, Mahdi akan muncul sebelum hari kiamat untuk memimpin umat Islam dan memulihkan keadilan. Dia akan membawa era kedamaian dan keadilan dan akan memerintah selama tujuh hingga sembilan tahun. Hadits berikut adalah salah satu yang menggambarkan kedatangan Imam Mahdi:
Rasulullah SAW bersabda, "Bahwa di akhir zaman akan muncul seorang dari keluargaku yang akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kebenaran sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi oleh kezaliman dan kedholiman." (Sunan Abu Dawud)
Dalam tradisi Syiah, Imam Mahdi dianggap sebagai Imam yang kedua belas, yang telah menghilang dan akan kembali sebagai Mahdi untuk membawa keadilan dan kebenaran. Bagi Syiah, Imam Mahdi sudah ada, tetapi berada dalam keadaan gaib dan akan kembali pada waktu yang telah ditentukan oleh Allah.
Peran Imam Mahdi dalam Keselamatan Umat Manusia
Kembalinya Imam Mahdi dipandang sebagai momen penting dalam sejarah umat manusia, di mana keadilan akan dipulihkan dan kezaliman akan dihilangkan. Kepemimpinannya akan menciptakan kondisi ideal bagi kembalinya Nabi Isa AS, yang akan turun ke bumi dan bergabung dengan Imam Mahdi dalam misi menyatukan umat manusia dan memperjuangkan kebenaran.
Peran Imam Mahdi sebagai pemimpin yang akan mengembalikan kebenaran dan menghapus kezaliman sangat penting dalam konteks keselamatan Islam. Tidak hanya dia akan memperbaiki kondisi politik dan sosial yang rusak, tetapi dia juga akan memperkuat ajaran Islam dan mengajarkan kembali nilai-nilai yang telah dilupakan atau diabaikan oleh umat manusia.
Keselamatan Melalui Kepemimpinan Imam Mahdi
Dalam pandangan Islam, keselamatan tidak hanya terpaut pada keselamatan jiwa di akhirat, tetapi juga pada pemulihan dan pemeliharaan keadilan dan ketertiban di dunia. Imam Mahdi, sebagai pemimpin yang adil dan penuh kasih sayang, akan membimbing umat manusia ke arah ini, membantu mereka tidak hanya mencapai keselamatan individual tetapi juga sosial dan global.
Penting untuk dicatat bahwa dalam Islam, tidak ada yang bisa mengklaim dengan pasti kapan Imam Mahdi akan muncul. Waktu kedatangannya dianggap sebagai salah satu rahasia Allah, dan umat Islam diajarkan untuk tidak terlalu berkonsentrasi pada prediksi tetapi lebih pada memperbaiki diri sendiri dan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.