Hadits Meremehkan Guru: Musibah Akibat Meremehkan Guru dan Pentingnya Guru dalam Agama Islam



Dalam agama Islam, seorang guru dianggap sebagai figur yang sangat penting dan dihormati. Seorang guru tidak hanya mentransfer pengetahuan atau keterampilan, tetapi juga berperan dalam membentuk karakter dan moralitas murid-muridnya. Berikut adalah 10 hadis tentang guru yang disampaikan Rasulullah Saw;

1. Menjadi guru yang baik

كُوْنـُـوْا رَبَّانِيِّـْينَ حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ عُلَمَاءَ وَيُقَالُ اَلرَّبَّانِيُّ الَّذِى يُــرَبِــّى النَّاسَ بِصِغَارِ اْلعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ

“Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut guru apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak.” (HR. Bukhari)

2. Menghormati guru

تَعَلّمُواالعِلْمَ وَتَعَلّمُوْا لِلْعِلْمِ السّكِيْنَةَ وَالْوَقَا رَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَتَعَلّمُوانَ مِنْهُ

“Belajarlah kalian ilmu untuk ketenteraman dan ketenangan, serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya.” (HR. Ath-Thabrani)

3. Kewajiban mendidik anak

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?” (HR. Bukhari)

4. Kasih sayang guru

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ

Artinya ”Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih kecil, tidak memuliakan yang lebih besar, tidak menyuruh berbuat makruf, dan tidak mencegah perbuatan munkar.” (HR. Tirmidzi)

5. Pahala seorang guru

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ. (رواه مسلم)
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim) 

6. Guru adalah motivator

عَنْ اَبِي مُوسَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اِذَا بَعَثَ اَحَدًا مِنْ اَصْحَابِهِ فِى بَعْضِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُ وَلاَ تُنَـفِّرُوا وَيَسِّرُواوَلاَ تُعَسِّرُوا رواه مسلم

Dari Abu Musa, beliau berkata, “Rasulullah apabila mengutus salah satu orang sahabatnya untuk mengerjakan sebagian perintahnya selalu berpesan, ‘Sampaikan berita gembira oleh kalian dan janganlah kalian menimbulkan rasa antipati, berlaku mudahlah kalian dan janganlah kalian mempersulit.” (HR. Muslim)

7. Guru kreatif

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا

“Ibnu Mas’ud berkata: Nabi SAW. selalu menyelingi hari-hari belajar untuk kami untuk menghindari kebosanan kami.” (HR. Bukhari)

8. Memberi hadiah kepada murid

عن عَبدِ الله بنِ الحَرِث قال : كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يُصِفُّ عَبدَ الله وَعُبَيدَ الله وَكَثِيرًا مِن بَنِي العَبَّاسِ ثُمَّ يقول مَن سَبَقَ إِلَىَّ فَلَهُ كذا وكذا قَالَ فَيَستَبِقُونَ إِلَيهِ فَيَقَعُونَ عَلى ظَهرِهِ وَصَدرِهِ فَيُقَبِّلُهُم وَيُلَزِّمُهُم

“Dari Abdullah Bin Harst berkata: Pada suatu ketika Nabi membariskan Abdullah, Ubaidillah, dan anak-anak paman beliau, Al-Abbas. Kemudian, beliau berkata : “ Barang siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan ini dan itu.” Lalu mereka berlomba-lomba untuk sampai kepada beliau. Kemudian mereka merebahkan diri di atas punggung dan dada beliau. Kemudian, beliau menciumi dan memberi penghargaan.” (HR. Ahmad)

9. Menghukum peserta didik

عَنْ عُمَرُوبْنُ شُعَيْبِ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مُرُوْا اَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُم اَبْنَاءُ سِنِيْنَ وَاضْرِبُهُمْ اَبْنَاءَ عَشَرَ وَ فَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِيْ الْمَضَاجِعِ

Dari Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Perintahkanlah anakmu untuk melakukan salat pada saat mereka berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkan salat. Pisahkanlah mereka dalam hal tempat tidur.” (HR. Abu Dawud)

10. Menghadirkan pendidikan yang baik

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحْلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik. (HR. Al-Hakim)

Peran guru tidak hanya terbatas pada transfer pengetahuan, tetapi juga dalam membentuk karakter dan moralitas siswa. Islam mengajarkan bahwa menghormati guru sama dengan menghormati ilmu itu sendiri, yang pada dasarnya adalah menghormati Allah karena ilmu adalah cahaya kebenaran yang berasal dari-Nya.

Menghormati guru dianggap sebagai salah satu aspek penting dalam mencapai kesuksesan spiritual dan intelektual. Sebaliknya, meremehkan guru dapat membawa dampak negatif yang signifikan, baik secara spiritual maupun sosial, sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits.

Hadits meremehkan guru 

Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya menghormati guru yang memberikan kita pengetahuan. Meremehkan peran dan kontribusi guru sebagai penyampai ilmu dan nilai-nilai moral bisa membawa dampak negatif yang serius dalam kehidupan seseorang. Nabi Muhammad SAW bersabda:

روي عن النبي صلى الله عليه وسلم انه قال : [من استخف بأستاذه ابتلاه الله تعالى بثلاثة أشياء : نسي ما حفظ وكل لسانه وافتقر في آخره]

Artinya:

"Barang siapa yang meremehkan gurunya, maka Allah Ta'ala akan menguji dengan tiga hal:

1. Ia akan melupakan apa yang telah dihafalnya

Salah satu efek paling langsung dari tidak menghargai guru adalah hilangnya kemampuan untuk mempertahankan ilmu yang telah diperoleh. Apabila seseorang meremehkan guru, bukan hanya rasa hormat yang hilang, tetapi juga keberkahan dalam ilmu yang telah diberikan. Ini berarti bahwa meskipun seseorang telah menginvestasikan waktu, tenaga, dan biaya untuk belajar, semua itu bisa menjadi sia-sia. Ilmu yang seharusnya berakar dalam memori dan pemahaman menjadi mudah dilupakan, sehingga kejelian dan kecerdasan dalam mengingat serta mengaplikasikan pengetahuan pun berkurang.

2. Lisannya menjadi tumpul dalam menyampaikan ilmu

Musibah kedua yang dapat terjadi akibat meremehkan guru adalah menjadi tumpul lisannya saat menyampaikan ilmu kepada orang lain. Hal ini berarti bahwa kemampuan berkomunikasi tentang apa yang telah dipelajari menjadi terhalang. Lidah yang seharusnya lancar dalam mengungkapkan kebenaran dan pengetahuan menjadi kelu dan canggung. Ini tidak hanya mempengaruhi individu yang meremehkan guru, tetapi juga berdampak pada mereka yang kehilangan kesempatan untuk belajar dari seseorang yang seharusnya mampu menyampaikan ilmu dengan jelas.

3. Hidupnya akan menjadi faqir di akhir hayatnya

Musibah terakhir yang disebutkan dalam hadits adalah kehidupan yang faqir di akhir hayat seseorang yang meremehkan guru. Faqir di sini diartikan sebagai keadaan kekurangan yang tidak hanya materi, tetapi juga mental, etika, dan rohani. Ini adalah gambaran dari kehidupan yang kehilangan keberkahan dan kepuasan dalam berbagai aspek. Keadaan ini merupakan simbolisasi dari kehilangan dukungan spiritual dan moral yang merupakan akibat jangka panjang dari tidak menghormati dan menghargai mereka yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan.

Meremehkan guru adalah perilaku yang sangat tidak disarankan dalam Islam. Sikap merendahkan guru tidak hanya mengurangi nilai ilmu yang diperoleh tetapi juga bisa menghalangi barakah (berkah) dalam proses belajar tersebut. Oleh karena itu, Sudah sewajarnya kita menerapkan adab yang baik dan menunjukkan perilaku sopan serta menghormati guru, agar ilmu yang kita peroleh menjadi lebih bermakna dan efektif.

Adab terhadap guru

Dalam interaksi dan komunikasi antara guru dan murid selama proses pembelajaran, penting untuk selalu mengutamakan adab dan etika. Adab atau tata krama terhadap guru tidak hanya mencerminkan penghargaan terhadap pengetahuan yang mereka berikan, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kesopanan dan hormat dalam interaksi sosial. 

Imam Al-Ghazali, seorang filosof dan teolog Muslim, menekankan pentingnya memelihara hubungan yang hormat antara murid dan guru. Berikut adalah sepuluh adab terhadap guru yang beliau anjurkan:

آداب المتعلم مع العالم: يبدؤه بالسلام ، ويقل بين يديه الكلام ، ويقوم له إذا قام ، ولا يقول له : قال فلان خلاف ما قلت ، ولا يسأل جليسه في مجلسه ، ولا يبتسم عند مخاطبته ، ولا يشير عليه بخلاف رأيه ، ولا يأخذ بثوبه إذا قام ، ولا يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله، ولا يكثر عليه عند ملله.

Artinya: 

1. Mendahului Beruluk Salam: Murid harus menginisiasi salam, menunjukkan kehormatan dan penghormatan sebelum memulai interaksi, sebagai tanda penghormatan dan pengakuan terhadap guru.

2. Tidak Banyak Berbicara di Depan Guru: Murid harus menjaga kesopanan dengan tidak mendominasi pembicaraan atau menginterupsi, memberikan kesempatan kepada guru untuk mengarahkan diskusi.

3. Berdiri Ketika Guru Berdiri: Tindakan ini menunjukkan respek dan penghormatan terhadap guru, simbolisasi bahwa guru memegang posisi yang dihormati.

4. Tidak Mengatakan, "Pendapat Fulan Berbeda dengan Pendapat Anda": Menghindari konfrontasi langsung atau menantang guru di depan umum, yang dapat dianggap tidak sopan atau mengurangi otoritas guru.

5. Tidak Bertanya-tanya kepada Teman Duduknya Ketika Guru di Dalam Majelis: Hal ini penting untuk menjaga fokus dan tidak mengganggu jalannya pembelajaran dengan percakapan sampingan.

6. Tidak Mengumbar Senyum Ketika Berbicara kepada Guru: Menjaga sikap serius dan hormat, tanpa tampil terlalu informal atau tidak sopan dalam situasi pembelajaran.

7. Tidak Menunjukkan Perbedaan Pendapat Secara Terang-terangan: Jika memiliki perbedaan pendapat, murid harus menyampaikannya dengan bijaksana dan tidak secara terbuka menantang atau mengkritik guru.

8. Tidak Menarik Pakaian Guru Ketika Berdiri: Menjaga batasan fisik dan tidak melakukan tindakan yang bisa dianggap tidak menghormati.

9. Tidak Menanyakan Suatu Masalah di Tengah Perjalanan: Menghormati waktu pribadi guru dan menunggu situasi yang lebih tepat untuk membahas pertanyaan atau masalah.

10. Tidak Banyak Mengajukan Pertanyaan Ketika Guru Sedang Lelah: Sensitif terhadap kondisi fisik dan emosional guru, dan menghindari membebani mereka dengan pertanyaan ketika mereka tidak dalam kondisi mengajar.

Selain menekankan pentingnya adab atau etika terhadap guru, Alquran dan hadits juga secara khusus mengajarkan tentang pentingnya menghormati guru karena menghormati guru dianggap sebagai salah satu pilar penting dalam membentuk karakter dan spiritualitas seorang Muslim.

Ayat dan Hadits tentang menghormati guru

Melalui Al-Qur'an dan Hadits, kita diberikan panduan yang jelas tentang pentingnya memuliakan mereka yang menyampaikan ilmu. Berikut ini adalah ayat Al-Qur'an dan hadits tentang menghormati guru.

1. “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)

2. Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata; “Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan al-Syafi’e melihatku kerana segan kepadanya.”

3. Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan; “Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”

4. Imam al-Syafi’e rahimahullah berkata; “Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”

5. Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah (dalam kitabnya Hilyah Tolib al-Ilm) mengatakan (mafhumnya), “Beradab lah dengan yang terbaik pada saat kamu duduk bersama syaikhmu, gunakanlah cara yang terbaik ketika bertanya dan mendengarkannya.”

6. Ibnu al-Jamaah mengatakan (mafhumnya), “Seorang penuntut ilmu harus duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak menyelunjurkan kaki, tidak bersandar, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi dari gurunya juga tidak membelakangi gurunya.”

7. Hadits yang dikeluarkan daripada Abi Said al-Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan: “Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah sallallahualaihi wasallam, kemudian beliau duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tidak ada satu pun daripada kami yang berbicara.”

8. “Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (QS an-Nahl[16] :43) dan (QS al-Anbiya’[21] : 7). 

9. “Khidir berkata, jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya” (QS. Al Kahfi:70).

10. Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata; “Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan al-Syafi’e melihatku kerana segan kepadanya.”

11. Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan; “Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”

12. Manakala Imam al-Syafi’e rahimahullah berkata; “Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”

13. "Hendaklah kamu semua memuliakan para ulama karena mereka itu adalah pewaris para nabi. Maka, siapa memuliakan mereka, berarti memuliakan Allah dan rasulNya" (HR Al Khatib Al Baghdadi dari Jabir ra., Kitab Tanqihul Qaul).

14. "Barang siapa memuliakan orang alim (guru) maka ia memuliakan aku. Dan barang siapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah. Dan barang siapa memuliakan Allah maka tempat kembalinya adalah surga" (Kitab Lubabul Hadits).

15. Imam al-Syafi’e rahimahullah mengatakan dalam syairnya; “Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru, sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu kerana memusuhinya."


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama