Hadits meremehkan guru
Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya menghormati guru yang memberikan kita pengetahuan. Meremehkan peran dan kontribusi guru sebagai penyampai ilmu dan nilai-nilai moral bisa membawa dampak negatif yang serius dalam kehidupan seseorang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
روي عن النبي صلى الله عليه وسلم انه قال : [من استخف بأستاذه ابتلاه الله تعالى بثلاثة أشياء : نسي ما حفظ وكل لسانه وافتقر في آخره]
Artinya:
"Barang siapa yang meremehkan gurunya, maka Allah Ta'ala akan menguji dengan tiga hal:
1. Ia akan melupakan apa yang telah dihafalnya
Salah satu efek paling langsung dari tidak menghargai guru adalah hilangnya kemampuan untuk mempertahankan ilmu yang telah diperoleh. Apabila seseorang meremehkan guru, bukan hanya rasa hormat yang hilang, tetapi juga keberkahan dalam ilmu yang telah diberikan. Ini berarti bahwa meskipun seseorang telah menginvestasikan waktu, tenaga, dan biaya untuk belajar, semua itu bisa menjadi sia-sia. Ilmu yang seharusnya berakar dalam memori dan pemahaman menjadi mudah dilupakan, sehingga kejelian dan kecerdasan dalam mengingat serta mengaplikasikan pengetahuan pun berkurang.
2. Lisannya menjadi tumpul dalam menyampaikan ilmu
Musibah kedua yang dapat terjadi akibat meremehkan guru adalah menjadi tumpul lisannya saat menyampaikan ilmu kepada orang lain. Hal ini berarti bahwa kemampuan berkomunikasi tentang apa yang telah dipelajari menjadi terhalang. Lidah yang seharusnya lancar dalam mengungkapkan kebenaran dan pengetahuan menjadi kelu dan canggung. Ini tidak hanya mempengaruhi individu yang meremehkan guru, tetapi juga berdampak pada mereka yang kehilangan kesempatan untuk belajar dari seseorang yang seharusnya mampu menyampaikan ilmu dengan jelas.
3. Hidupnya akan menjadi faqir di akhir hayatnya
Musibah terakhir yang disebutkan dalam hadits adalah kehidupan yang faqir di akhir hayat seseorang yang meremehkan guru. Faqir di sini diartikan sebagai keadaan kekurangan yang tidak hanya materi, tetapi juga mental, etika, dan rohani. Ini adalah gambaran dari kehidupan yang kehilangan keberkahan dan kepuasan dalam berbagai aspek. Keadaan ini merupakan simbolisasi dari kehilangan dukungan spiritual dan moral yang merupakan akibat jangka panjang dari tidak menghormati dan menghargai mereka yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan.
Meremehkan guru adalah perilaku yang sangat tidak disarankan dalam Islam. Sikap merendahkan guru tidak hanya mengurangi nilai ilmu yang diperoleh tetapi juga bisa menghalangi barakah (berkah) dalam proses belajar tersebut. Oleh karena itu, Sudah sewajarnya kita menerapkan adab yang baik dan menunjukkan perilaku sopan serta menghormati guru, agar ilmu yang kita peroleh menjadi lebih bermakna dan efektif.
Adab terhadap guru
Dalam interaksi dan komunikasi antara guru dan murid selama proses pembelajaran, penting untuk selalu mengutamakan adab dan etika. Adab atau tata krama terhadap guru tidak hanya mencerminkan penghargaan terhadap pengetahuan yang mereka berikan, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kesopanan dan hormat dalam interaksi sosial.
Imam Al-Ghazali, seorang filosof dan teolog Muslim, menekankan pentingnya memelihara hubungan yang hormat antara murid dan guru. Berikut adalah sepuluh adab terhadap guru yang beliau anjurkan:
آداب المتعلم مع العالم: يبدؤه بالسلام ، ويقل بين يديه الكلام ، ويقوم له إذا قام ، ولا يقول له : قال فلان خلاف ما قلت ، ولا يسأل جليسه في مجلسه ، ولا يبتسم عند مخاطبته ، ولا يشير عليه بخلاف رأيه ، ولا يأخذ بثوبه إذا قام ، ولا يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله، ولا يكثر عليه عند ملله.
Artinya:
1. Mendahului Beruluk Salam: Murid harus menginisiasi salam, menunjukkan kehormatan dan penghormatan sebelum memulai interaksi, sebagai tanda penghormatan dan pengakuan terhadap guru.
2. Tidak Banyak Berbicara di Depan Guru: Murid harus menjaga kesopanan dengan tidak mendominasi pembicaraan atau menginterupsi, memberikan kesempatan kepada guru untuk mengarahkan diskusi.
3. Berdiri Ketika Guru Berdiri: Tindakan ini menunjukkan respek dan penghormatan terhadap guru, simbolisasi bahwa guru memegang posisi yang dihormati.
4. Tidak Mengatakan, "Pendapat Fulan Berbeda dengan Pendapat Anda": Menghindari konfrontasi langsung atau menantang guru di depan umum, yang dapat dianggap tidak sopan atau mengurangi otoritas guru.
5. Tidak Bertanya-tanya kepada Teman Duduknya Ketika Guru di Dalam Majelis: Hal ini penting untuk menjaga fokus dan tidak mengganggu jalannya pembelajaran dengan percakapan sampingan.
6. Tidak Mengumbar Senyum Ketika Berbicara kepada Guru: Menjaga sikap serius dan hormat, tanpa tampil terlalu informal atau tidak sopan dalam situasi pembelajaran.
7. Tidak Menunjukkan Perbedaan Pendapat Secara Terang-terangan: Jika memiliki perbedaan pendapat, murid harus menyampaikannya dengan bijaksana dan tidak secara terbuka menantang atau mengkritik guru.
8. Tidak Menarik Pakaian Guru Ketika Berdiri: Menjaga batasan fisik dan tidak melakukan tindakan yang bisa dianggap tidak menghormati.
9. Tidak Menanyakan Suatu Masalah di Tengah Perjalanan: Menghormati waktu pribadi guru dan menunggu situasi yang lebih tepat untuk membahas pertanyaan atau masalah.
10. Tidak Banyak Mengajukan Pertanyaan Ketika Guru Sedang Lelah: Sensitif terhadap kondisi fisik dan emosional guru, dan menghindari membebani mereka dengan pertanyaan ketika mereka tidak dalam kondisi mengajar.
Selain menekankan pentingnya adab atau etika terhadap guru, Alquran dan hadits juga secara khusus mengajarkan tentang pentingnya menghormati guru karena menghormati guru dianggap sebagai salah satu pilar penting dalam membentuk karakter dan spiritualitas seorang Muslim.
Ayat dan Hadits tentang menghormati guru
1. “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)
2. Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata; “Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan al-Syafi’e melihatku kerana segan kepadanya.”
3. Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan; “Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”
4. Imam al-Syafi’e rahimahullah berkata; “Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”
5. Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah (dalam kitabnya Hilyah Tolib al-Ilm) mengatakan (mafhumnya), “Beradab lah dengan yang terbaik pada saat kamu duduk bersama syaikhmu, gunakanlah cara yang terbaik ketika bertanya dan mendengarkannya.”
6. Ibnu al-Jamaah mengatakan (mafhumnya), “Seorang penuntut ilmu harus duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak menyelunjurkan kaki, tidak bersandar, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi dari gurunya juga tidak membelakangi gurunya.”
7. Hadits yang dikeluarkan daripada Abi Said al-Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan: “Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah sallallahualaihi wasallam, kemudian beliau duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tidak ada satu pun daripada kami yang berbicara.”
8. “Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (QS an-Nahl[16] :43) dan (QS al-Anbiya’[21] : 7).
9. “Khidir berkata, jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya” (QS. Al Kahfi:70).
10. Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata; “Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan al-Syafi’e melihatku kerana segan kepadanya.”
11. Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan; “Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”
12. Manakala Imam al-Syafi’e rahimahullah berkata; “Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”
13. "Hendaklah kamu semua memuliakan para ulama karena mereka itu adalah pewaris para nabi. Maka, siapa memuliakan mereka, berarti memuliakan Allah dan rasulNya" (HR Al Khatib Al Baghdadi dari Jabir ra., Kitab Tanqihul Qaul).
14. "Barang siapa memuliakan orang alim (guru) maka ia memuliakan aku. Dan barang siapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah. Dan barang siapa memuliakan Allah maka tempat kembalinya adalah surga" (Kitab Lubabul Hadits).
15. Imam al-Syafi’e rahimahullah mengatakan dalam syairnya; “Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru, sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu kerana memusuhinya."